Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang sejak berdirinya pada tahun 1934 sampai sekarang telah mengalami 3 ( tiga ) periode, perkembangan antara lain :
1. Periode Zaman Belanda :
Pada Zaman Belanda Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang hanya dapat menampung anak + sebanyak 20 s/d. 30 orang, tentang masalah keuangan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya diperoleh swadaya masyarakat terutama warga Muhammadiyah sendiri dan para simpatisan lainnya.
Sedang dari pemerintah Belanda hanya membantu tentang kebutuhan-kebutuhan yang bersifat insidentil, dan bantuan itupun cara penyampaiannya melalui Gubernur Jenderal. Pada tahun 1937 Ratu Wilhelmina pernah memberikan sumbangan berupa Uang sebesar 250 golden, apabila uang tersebut dinilai menurut bahan makanan ( beras ) adalah sebanyak + 80 Kwintal.
2. Periode Zaman Jepang :
Penghuni Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang adalah seperti halnya pada Zaman pemerintah Belanda , hanya yang dirasa berat dalam zaman pemerintahan Jepang tersebut adalah kesulitan dalam hal keuangan. Untuk mengurangi kesulitan tersebut anak-anak diwajibkan menanam jarak dan kapas, hasilnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan lain selain kebutuhan pokok. Sebab dari buah jaraknya dapat dibuat minyak, sedangkan dari kapasnya dapat dibuat benang.
3. Periode Zaman Kemerdekaan :
Akibat Jepang kalah perang dengan sekutu dan kemudian meninggalkan antara lain Indonesia, maka bermunculan beberapa problem sosial kemiskinan dan lain sebagainya. Untuk mengurangi / mencegah adanya beberapa problem tersebut didirikanlah berbagai macam lembaga / asrama sosial, seperti halnya Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah. Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang yang berdiri sebelum zaman kemerdekaan itu makin lama penghuninya makin bertambah banyak dan diupayakan perluasan ruangan, dengan maksud bisa menampungnya.
Akan tetapi tidaklah demikian, mengingat adanya situasi makin membahayakan yaitu terjadinya aksi Kolonial Belanda pertama pada tahun 1947 maka anak-anak Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang terpaksa pindah ke Blitar, di Kota itu sampai pada tahun 1951 dan pindah di Madiun, akhirnya kembali ke Malang dengan penghuni sebanyak 100 Orang anak.
Maka dengan demikian Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang jumlah penghuni menjadi 91 Orang anak terdiri dari 59 orang anak laki-laki dan 32 orang anak perempuan. Pada tahun 1995 an berdirilah Panti Asuhan ‘Aisyiyah Malang yang bertempat di MT Haryono untuk menampung anak asuh perempuan, sejak saat itulah anak asuh perempuan terpisah dengan anak asuh laki-laki, sampai dengan awal tahun 2014 Panti Asuhan Muhammadiyah mengasuh sebanyak 52 anak asuh laki-laki mulai jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai dengan SMA/SMK (Sekolah Menengah Atas/Kejuruan).