Gatot Nurmantyo Didoakan Anak Yatim Jadi Pemimpin Indonesia
Mantan Panglima TNI, Jendral (purn) Gatot Nurmantyo didoakan jadi pemimpin bangsa saat berkunjung ke PA Muhammadiyah di Jl Kawi-Bareng Tenes Kota Malang. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)
TIMESINDONESIA, MALANG – Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo (GN), didoakan menjadi pemimpin bangsa Indonesia, oleh anak-anak Panti di Panti Asuhan Anak Yatim Muhammadiyah, yang berlokasi di wilayah Bareng Tenes, Kota Malang, Jawa Timur.
GN ketemu dengan anak yatim usai menjadi pemateri pada acara Muktamar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ke XVIII, di Universitas Muhammadiyah. Mantan Panglima TNI itu langsung meluncur ke panti asuhan Anak Yatim tersebut.
Tidak banyak yang dilakukan Gatot Nurmantyo di panti asuhan tersebut. Kurang lebih hanya sekitar 12 menit. Sebab, begitu datang, ia langsung diajak oleh Kepala Panti Asuhan H Dasuki menuju kantor.
Pada saat di kantor Panti Asuhan itu, Gatot tidak sempat duduk karena ia bergegas ingin menuju halaman masjid KH Ahmad Dahlan yang ada di kompleks panti.
mengapa? Karena di halaman itulah Gatot memang diagendakan diajak doa bersama anak-anak yatim piatu. Hanya tiga menit doa itu dipanjatkan untuk Gatot Numantyo dan Gatot terlihat sangat khusuk mengikutinya. Setelah itu, Gatot langsung pamitan pulang karena harus segera terbang ke Jakarta.
H Dasuki mengatakan, mantan Panglima TNI itu tertarik mengunjungi panti asuhan ini setelah mendengar cerita tentang sejarah panti yang melegenda ini.
“Memang habis dari Universitas Muhammadiyah tadi, beliau merasa tertarik,” kata Dasuki kepada TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id).
Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang ini berdirinya sejak tahun 1934 dan sampai sekarang telah mengalami tiga periode, yakni periode zaman Belanda, zaman Jepang, dan zaman Kemerdekaan.
Didampingi Penasehat PDM, H Khusnul Fatoni, Dasuki menjelaskan pada zaman Belanda, Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Malang ini hanya mampu menampung sekitar 30 anak.
Untuk penghidupan kebutuhan sehari-hari, diperoleh dari swadaya masyarakat terutama warga Muhammadiyah sendiri dan para simpatisan lainnya.
Pemerintah Belanda waktu itu, hanya membantu tentang kebutuhan-kebutuhan yang bersifat insidentil, dan bantuan itupun cara penyampaiannya melalui Gubernur Jenderal.
Pada tahun 1937, Ratu Wilhelmina (Belanda) pernah memberikan sumbangan berupa uang sebesar 250 golden, dan uang tersebut dinilai menurut bahan makanan (beras) seujuran 80 kuintal.
Kemudian pada zaman Jepang, panti asuhan ini mengalami perjalanan yang berat karena untuk mengatasi kesulitan kebutuhan panti, anak-anak panti oleh orang Jepang disuruh menanam jarak dan kapas.
Buah jarak dapat dibuat minyak dan kapas dipintal jadi benang kemudian dijual dan hasilnya untuk kebutuhan pangan anak panti.
Pada zaman kemerdekaan, barulah didirikan Panti Asuhan Anak Yatim Muhammadiyah untuk mengurangi beban keuangan atau kebutuhan panti.
Sejak itu, semakin lama penghuninya makin bertambah dan diupayakan perluasan ruangan, dengan harapan bisa menampungnya. (*)
#GATOTNURMANTYO
#ANAKYATIM
#DOABERSAMA
#MALANG
#PAMMALANG
sumber : https://www.timesindonesia.co.id/read/178964/20180803/190258/gatot-nurmantyo-didoakan-anak-yatim-jadi-pemimpin-indonesia/